Catatan Kepala: Orang yang biasa memberikan lebih dari apa yang dibayarkan, kelak akan menjadi seorang yang selalu dibayar lebih atas hal-hal yang dilakukannya.
Suatu saat di sebuah seminar kewirausahaan, saya pernah mengatakan bahwa jika kita berwirausaha maka keterampilan utama yang harus kita kuasai adalah berdagang. Ya, berdagang produk, jasa, atau kelebihan apa yang kita miliki dan dibutuhkan oleh orang. Sampai kemudian, sampai pada suatu titik di mana saya mengatakan bahwa, jika Anda mampu memberikan lebih banyak benefit kepada pelanggan dari apa yang sekedar mereka bayarkan, kelak suatu saat usaha Anda akan berkembang.
Kemudian ada seorang pembicara lain yang tidak sependapat dengan saya. Dia bilang bahwa orang yang melebihkan pelayanan dari apa yang dijanjikan hanyalah untuk pengusaha yang bodoh dan tolol. Kasar sekali kata-katanya, dia bilang sebagai pengusaha kita harus profesional. Jika menjanjikan A ya A, jika menjanjikan B ya B, bukan B+ atau B++. Jika tidak seperti itu maka siap-siaplah bahwa usaha kita akan hancur jadinya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Saya hanya diam, sebenarnya pada waktu itu saya dongkol sekali rasanya. Saya mencoba memaklumi bahwa mungkin usahanya berasal dari ranah manufaktur dan produk, sementara usaha saya di bidang jasa. Mungkin tidak cocok apa yang sampaikan kepadanya. Hingga akhirnya, selang beberapa bulan tidak ketemu, saya masih menerapkan prinsip saya yang 'melebihkan' itu. Ternyata, ketika kemudian ketemu usaha dia bangkrut! Tidak hanya ditinggalkan pelanggan, tetapi dia juga ditinggalkan oleh para karyawannya.
Kejadian barusan itu membuat saya menjadi berpikir. Sahabat, sadarkah kita bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan antara kita dengan orang-orang dahsyat dan luar biasa? Mereka hebat bukan karena mereka terlahir hebat, ditakdirkan hebat, atau memang hebat dari sananya, tetapi karena mereka menyisihkan waktu, tenaga, dan kekuatan yang mereka punya sedikit lebih banyak dan 'melebihkannya' untuk investasi jangka panjang mereka. Sesederhana itu.
Seorang pengusaha sukses yang saya kenal rata-rata memang melebihkan jam kerjanya sendiri dibandingkan dengan yang lain. Di saat yang lain merengek-rengek bahwa jam kerjanya sudah kelewat, mereka justru melebihkannya karena tahu hal ini akan berdampak dengan masa depan. Mereka juga kadang melebihkan performa dari apa yang orang bayar terhadap diri mereka, sehingga membuat orang merasa nyaman dan selalu teringat akan mantapnya pelayanan mereka. Seorang yang sukses akademik di kampus juga seperti itu. Di saat mahasiswa lain sedang asyik bermain atau datang kuliah terlambat, mereka justru menyisihkan waktu mereka secara 'ekstra' untuk belajar lebih banyak dan memahami materi kuliah dengan lebih banyak pula.
Maka, sahabat CerdasMulia, sejauh manakah kita sudah melebihkan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar? Atau jangan-jangan belum sama sekali? Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat ya. Salam CerdasMulia. :)
Jika ada tambahan pendapat, komentar, atau saran, silakan sampaikan pada kotak komentar di bawah ya. Monggo. :)
Arry Rahmawan, adalah Inspirator CerdasMulia, Direktur Penerbit Granada, wakil ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia, sekaligus praktisi pengembangan SDM. Telah mengantongi ribuan jam terbang sebagai pembicara, motivator, dan konsultan khususnya untuk pelajar dan mahasiswa. Direktur Pengembangan Bisnis Permata CerdasMulia Indonesia ini dapat dihubungi via email di arry.rahmawan@gmail.com atau follow twitternya di @ArryRahmawan
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya