Kisah berikut ini akan menggambarkan arti sebuah pilihan dalam hidup dengan sangat jelas sekali. Suatu ketika ada dua buah bibit pohon yang ditanam oleh sang petani. Keduanya adalah bibit dengan kualitas yang sama. Bibit-bibit tersebut dirawat dengan sangat baik oleh sang petani.
Hingga pada akhirnya bibit pertama memutusan untuk tumbuh dan tumbuh. Memanjangkan akarnya, menguatkan dan menumbuhkan batangnya, memperbanyak rantingnya, hingga menumbuhkan daun-daunnya. Kemudian apa yang terjadi dengan bibit yang kedua?
Bibit kedua rupanya memilih untuk lebih berhati-hati. Buat apa aku panjangkan akarku sekarang? Aku takut di bawah tanah yang gelap itu ada tikus-tikus tanah yang akan merusak akarku. Buat apa aku menumbuhkan batang? Toh nanti aku akan dicabuti oleh anak-anak yang bermain. Untuk apa aku menumbuhkan daun? Toh nanti daun-daunku dipetik dan disobek sembarangan oleh manusia dan bahkan dimakan ulat! Benih itu pun sampai akhirnya mencoba meyakinkan dirinya untuk tumbuh di saat yang aman, untuk tumbuh di saat yang tepat. Hingga akhirnya lewatlah seekor ayam, mengais-ngais tanah, menemukan si bibit keduam hingga akhinrya dipatuk dan dimakan oleh sang ayam.
Hidup adalah benar-benar sebuah pilihan. Sahabat CerdasMulia, yang ingin saya tekankan adalah, pertama, selama kita masih bisa dipilihkan terhadap pilihan yang baik dan positif, maka pilihlah pilihan itu. Kedua, setiap pilihan akan selalu mengandung konsekuensi, bahkan jika kita tidak memilih sekalipun! Maka bijaksanalah dalam memilih hal-hal di kehidupan kita. Ketiga, menyesali pilihan tidak ada gunanya. Syukuri segala pilihan yang kita buat, jadikan pelajaran jika terjadi kesalahan, dan buatlah pilihan yang lebih bijaksana di kemudian hari.
Pertanyaan dari saya, apakah diri saya yang sekarang ini merupakan hasil dari pilihan hidup saya yang paling optimal? Jika memang bisa ditingkatkan, maka dapat ditingkatkan lagi dalam hal apa?
Semoga bermanfaat, salam CerdasMulia!
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya