Apa yang terbayang di pikiran kita ketika mendengar kata presentasi? Umumnya yang terbayang adalah beberapa hal yang mungkin sudah sering kita lakukan. Slide PowerPoint, membuat poin-poin yang akan disampaikan dalam presentasi, berdiri di depan Audience, menjelaskan isi presentasi, hingga akhirnya presentasi selesai dan kemudian ditutup.
Cukupkah presentasi hanya dilihat seperti itu? Jika kita seperti kebanyakan orang, maka tentu saja yang kita lakukan adalah mencoba memasukkan teks sejelas mungkin dalam slide, membacakan kembali slide yang penuh dengan teks-teks itu, kemudian kita menutup presentasi kita, terkait dengan hal yang kita sampaikan tadi. Ini adalah cara umum dan yang paling umum. Ilmu ini saya dapatkan ketika mendalami ilmu Presentation Zen dan Slide:Ology, referensi kelas dunia bagaimana membuat presentasi yang keren. Lantas bagaimana cara membuat sebuah presentasi sederhana (tidak ribet), tetapi memiliki kesan kelas dunia? Ada 5 buah prinsip yang kemudian disingkat menjadi G-R-E-A-T alias GREAT, kelima prinsip tersebut antara lain:
1. Good Slide Design
Presenter-presenter kelas dunia ternyata memiliki satu titik prinsip umum dalam membuat slide: Jangan pernah membiarkan PowerPoint mengekang kreativitas Anda. Bayangkan, ketika kita disiapkan untuk membuat presentasi, maka PowerPoint (yang paling sering dipakai di Indonesia), sudah menyiapkan slide design dan bullets untuk mengetikkan hal-hal apa yang kita sampaikan. Hingga akhirnya karena terlalu banyak teks, orang malah jadi sibuk membaca tulisan di slide kita daripada memperhatikan apa yang kita sampaikan.
Cobalah menggunakan sudut pandang yang berbeda. Slide itu ada, untuk menguatkan apa yang kita sampaikan, bukan kebalikannya. Beberapa presenter kelas dunia bahkan hanya mengetikkan 1-6 kata saja dalam slidenya, dan didukung oleh gambar-gambar menarik yang fungsinya untuk menguatkan apa yang mereka katakan, itulah fungsi slide, bukan?
2. Reach a Symphony
Slide sudah bagus dan mampu menguatkan kata-kata, selanjutnya adalah membuat presentasi Anda menjadi harmoni dalam simfoni. Beberapa presenter kelas dunia berusaha untuk mengurangi suara-suara yang mengganggu (seperti efek-efek suara slide transisi yang berbunyi, 'dor, ting, bum!', dan sebagainya). Jika memang Anda membutuhkan efek musik atau lagu untuk membuat audience semakin tertarik dengan presentasi Anda, maka perhatikanlah unsur-unsur kesesuaian di antaranya. Kesesuaian tema dengan lagu yang diberikan. Jangan sampai pembawaan Anda yang sedang ceria harus dibuat bingung dengan memasang musik yang menyedihkan. Raih simfoni di dalamnya.
3. Emphaty is Everything
Kepada siapa Anda akan mengajukan presentasi? Tentunya audience, bukan? Salah satu cara yang paling kuat dan menguatkan untuk menyampaikan presentasi yang menarik adalah dengan mencoba memahami apa yang diinginkan oleh audience atau penonton. Apa tujuan mereka mendengarkan presentasi Anda? Apa ekspektasi yang mereka inginkan? Seandainya Anda jadi mereka, apa yang kira-kira akan menarik minat Anda. Walaupun benar bahwa saat kita presentasi panggung itu adalah milik kita, tetapi tetap kita harus memahami dan memberikan presentasi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para audience. Maka melakukan assesment terhadap penonton sebelum tampil menjadi sangat penting, seperti latar belakang pendidikan, usia, bahkan mungkin gender. Presentasi bukan hanya sekedar menyampaikan pesan, tetapi bagaimana memastikan bahwa apa yang kita sampaikan dipahami persis sama dengan apa yang kita maksud.
4. Awesome Preparation
Presenter-presenter di seluruh dunia, khususnya bagi mereka yang masih pemula dan memiliki sedikit jam terbang, mampu menciptakan kesan mendalam terhadap para audience bukan karena bakat tetapi lebih karena sudah dilatih. Latihan menyampaikan presentasi dinilai sangat penting, bukan hanya meningkatkan kepercayaan diri sebelum tampil tetapi juga mampu memperbaiki efektivitas dalam menyampaikan pesan itu sendiri seperti: Intonasi suara, gesture, body language, tatapan mata, dan masih banyak lagi yang lainnya. Menyampaikan pesan yang powerful berarti memang membutuhkan sedikit pengetahuan tentang keterampilan interpersonal dan memperbanyak latihan tentang keterampilan itu.
5. Touch With Meaning
Membuat sebuah presentasi sederhana namun berkelas dunia harus mampu meninggalkan kesan emosional yang menancap pada hati setiap dari audience yang ada. Entah kita memberikan presentasi sesuai ekspektasi atau setidaknya tujuan mereka untuk mengikuti presentasi Anda tercapai. Membuat makna dalam presentasi membutuhkan Anda tampil sebagai orang yang jujur dan penuh dengan integritas. Jujurlah dan apa adanya saja, kemudian berikan makna yang terbaik bagi audience Anda. Buat seolah presentasi Anda merupakan komunikasi dua arah secara batin antara Anda dengan para peserta, yang membuat peserta semakin penasaran dan tertarik dengan presentasi Anda karena memiliki 'makna'. Menyederhanakan yang rumit, dan memudahkan yang sederhana menjadi kunci untuk memberikan presentasi yang menyentuh dan menyenangkan. Jika memang bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit. Iya toh?
Saya juga sudah menuliskan artikel lain tentang menjadi presenter yang menggugah dan powerful! Jika berkenan, silakan buka artikel, "9 Jurus Rahasia Membawakan Presentasi yang Tidak Biasa."
Semoga bermanfaat untuk membuat presentasi ke depannya. Hanya cukup mengingat 5 prinsip GREAT ini, maka Anda bisa membuat sebuah presentasi sederhana yang kualitasnya mendekati bahkan sama dengan presentasi kelas dunia. Bagaimana menurut Anda? Salam CerdasMulia!
Arry Rahmawan, adalah Inspirator CerdasMulia, Direktur Penerbit Granada, wakil ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia, sekaligus praktisi pengembangan SDM. Telah mengantongi ribuan jam terbang sebagai pembicara, motivator, dan konsultan khususnya untuk pelajar dan mahasiswa. Direktur Pengembangan Bisnis Permata CerdasMulia Indonesia ini dapat dihubungi via email di arry.rahmawan@gmail.com atau follow twitternya di @ArryRahmawan
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya