Malam ini sebelum menjelang tidur, Kak Arry mencoba membuka catatan-catatan materi seminar yang pernah dibawakan. Tiba-tiba ketemu satu cerita yang sangat menarik. Untuk mengawali artikel kali ini, izinkan Kak Arry sedikit bercerita tentang kisah seorang tukang bangunan dan karya-karyanya.
Konon dulu ada seorang tukang bangunan yang sangat trampil dalam membuat rumah. Tukang bangunan ini pun bekerja dan sangat loyal kepada seorang kontraktor. Selama 15 tahun bekerja, sang kontraktor selalu puas dengan hasil pekerjaannya. Karena merasa sudah lelah, si tukang bangunan ingin meminta pensiun kepada si kontraktor. Ternyata, si kontraktor tidak mengizinkannya sebelum si tukang membuat satu rumah lagi. Rumah ini adalah sebuah pesanan khusus dari kontraktor itu sendiri. Apa yang terjadi selanjutnya?
Ternyata si tukang bangunan sangat kecewa dan kesal. Sudah mau pensiun, lah ini malah disuruh membuat rumah lagi. Bedanya kali ini, si kontraktor membebaskan kepada si tukang ingin membuat rumah yang seperti apa. Ini kesempatan, pikir si tukang. Agar pekerjaannya segera berakhir dan tidak terlalu lama, si tukang mulai mengusulkan membangun sebuah rumah petak sederhana. Agar dia tidak dipekerjakan lagi, maka si tukang berpikir membuat rumah di bawah standar yang ada. Dan karena memang sudah setengah hati bekerja, ia pun hanya memilih material-material ala kadarnya dengan kualitas di bawah standar. Yang penting cepat selesai dan bisa segera istirahat.
Begitu selesai, sang kontraktor pun kaget setengah mati. Bagaimana mungkin si tukang yang biasanya kerjanya bagus selama bertahun-tahun membuat sebuah rumah yang jauh dari standar seharusnya? Kekecewaan terlihat di wajah kontraktor itu. Sang kontraktor kemudian mendekati tukang dan berkata, "Pak, tadinya saya pikir Bapak akan membuat sebuah mahakarya terakhir untuk saya, karena saya sudah berjanji mahakarya terakhir ini akan saya persembahkan untuk bapak tempati bersama keluarga maka terimalah apa yang bapak bangun ini sebagai hadiah dari saya."
Cerita ini sangat menggelitik kita. Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang sangat berharga disampaikan dalam cerita ini. Terutama adalah integritas dalam berkarya sampai batas karya terakhir. Sangat disayangkan sekali jika semestinya karya kita dapat 'berdampak' pada diri sendiri dan orang lain namun kita mengerjakannya hanya biasa-biasa saja. Berikut ini adalah beberapa tips dan renungan untuk menjaga agar kita dapat terus semangat memberikan terbaik hingga akhir versi Pribadi CerdasMulia™. Inilah dia kuncinya.
1. Fokus dan Jadilah Seorang Ekspert
Menciptakan karya akan menjadi sangat mudah jika kita adalah seorang ekspert. Seorang ekspert atau ahli tidak hanya ditentukan dari berapa lama pengalamannya, tetapi berapa pesat kemajuannya untuk berkembang. Berpengalaman 10 tahun, belum tentu memiliki ketrampilan selama 10 tahun. Bisa saja hanya pengalaman 1 tahun yang diulang 9 tahun berikutnya. Berbeda dengan seorang ekspert. Seorang ekspert adalah mereka yang senantiasa belajar dan berlatih secara fokus. Jika mengutip istilah dalam buku outliers, untuk menjadi seorang ekspert Anda membutuhkan belajar atau latihan yang sistematis dan berjenjang selama 10.000 jam. Jika Anda menjadi seorang ekspert, maka karya-karya besar akan mudah mengalir dari tangan-tangan Anda.
2. Menciptakan Karya adalah Bentuk Rasa Syukur
Coba lihat lebih dalam diri Anda. Anda memiliki segala macam potensi yang dahsyatnya tidak kalah dengan kedahsyatan alam semesta. Untuk bisa memberikan karya yang terbaik, kita harus ingat bahwa memberikan karya terbaik merupakan bentuk syukur terhadap potensi yang dimiliki. Jika saat ini karya kita masih sedikit atau bahkan belum ada sama sekali, maka apa yang sebenarnya kita lakukan di dunia ini? Apa tujuan hidup kita di dunia? Apakah iya Tuhan menciptakan manusia tanpa tujuan? Bukankah Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah dan menebarkan manfaat bagi sesamanya? Dengan cara apa? Ciptakan karya Anda!
3. Jika Anda Meninggal, Karya Apa yang Akan Diingat Orang?
Kapan waktu yang memang benar-benar tepat untuk pensiun? Yap, jika memang kita sudah dipanggil oleh yang kuasa. Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang sangat fundamental. Jika Anda meninggal dunia, kira-kira orang akan mengingat Anda seperti apa? Karya apa yang akan diingat oleh orang lain? Jangan-jangan justru karya yang negatif? Mudah-mudahan tidak. Inilah mengapa Rasulullah saw bersabda bahwa mereka yang cerdas adalah mereka yang senantiasa mengingat mati. Kenapa? Karena dengan mengingat mati itulah seorang akan terus terpacu untuk memberikan yang terbaik dalam hidupnya. Tidak ada yang tahu kapan kita benar-benar dipanggil untuk berhenti berkarya, jadi kenapa tidak memberikan yang terbaik selagi masih bisa?
4. Gerakan Satu Jiwa Seribu Karya
Kalau kita bicara tentang Indonesia, dari berita-berita di televisi atau media massa bandingkan berapa banyak berita negatif berbanding dengan karya positif yang dihasilkan anak bangsa? Saya pernah mencoba menghitungnya dan hasilnya adalah 9:1, di mana setiap 9 berita negatif yang keluar, hanya ada 1 kabar positif yang memotivasi penontonnya. Tidak perlu menyalahkan siapa-siapa tapi cobalah berorientasi karya. Gerakan satu jiwa seribu karya adalah salah satu upayanya. Buatlah sebuah mahakarya terbaik dari Anda, di mana karya tersebut kemudian akan menginspirasi yang lain untuk berkarya pula. Persis kerjanya seperti virus. Bayangkan, jika Anda dapat membuat karya-karya hebat dan brilian sepanjang hidup Anda, berapa orang Indonesia yang akhirnya tergerak untuk mengikuti jejak Anda? Maka selamat tinggal berita-berita negatif, dan selamat datang Indonesia berkarya! :) Kalau satu jiwa seperti Anda bisa menghasilkan seribu karya, mengapa hanya menciptakan satu?
5. Kalau Bisa Lebih Baik, Kenapa Tidak?
Berdasarkan pengalaman saya dalam bisnis dan dunia konsultasi, ada sebuah kesimpulan yang unik dan menarik tentang karya. Cobalah Anda membuat karya Anda sesuai standar untuk memenuhi tuntutan yang diberikan kepada Anda. Apa yang terjadi? Karya Anda akan dianggap karya yang biasa, tidak istimewa, karena memang sesuai dengan ekspektasi. Berlaku secara linier. Tetapi coba Anda berikan karya Anda yang tidak diduga-duga oleh orang dan bahkan melebihi ekspektasinya, maka hasilnya akan meningkat secara eksponensial! Orang akan sangat kagum karena Anda biasa memberikan 'lebih dari ekspektasi' dan sebagai hasilnya orang akan percaya terhadap Anda. Jadi, jika memang kita bisa memberikan yang terbaik dan terus lebih baik, kenapa tidak? Toh itu semua pasti akan kembali kepada diri kita. Mereka yang sudah sukses saat ini, ketika diteliti ternyata memiliki sebuah benarng merah yang bisa ditarik: Jika kita bisa memberikan lebih, kenapa harus dikurangi? Berbeda dengan orang kebanyakan: Jika saya bisa mengurangi, kenapa harus melebihkan?
Inilah 5 tips dan renungan untuk terus menjaga agar kita berkarya sesuai dan tetap di prestasi puncak versi Pribadi CerdasMulia™. Semoga bermanfaat, salam CerdasMulia! :)
Arry Rahmawan, adalah Inspirator CerdasMulia, Direktur Penerbit Granada, wakil ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia, sekaligus praktisi pengembangan SDM. Telah mengantongi ribuan jam terbang sebagai pembicara, motivator, dan konsultan khususnya untuk pelajar dan mahasiswa. Direktur Pengembangan Bisnis Permata CerdasMulia Indonesia ini dapat dihubungi via email di arry.rahmawan@gmail.com atau follow twitternya di @arry2201
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya