17 Januari 2012 | By: Arry Rahmawan

4 Renungan yang Membuat Anda Mensyukuri Hidup Selamanya

Dalam training, sering sekali saya bertanya kepada peserta, jika dirupiahkan maka berapa harga hidup Anda dalam satu hari? Pertanyaan ini sering saya sampaikan dalam training tematik 'menuju kematian' dan 'manajemen waktu'. Peserta sering saya beri waktu khusus, dan ini bukan hanya sekedar pertanyaan. Mereka membutuhkan waktu yang lama untuk menjawabnya! Termasuk saya!

Baik, sekarang sebelum membaca artikel ini lebih lanjut, maukah Anda menjawab pertanyaan saya itu? Berapa harga hidup Anda dalam satu hari? Silakan dijawab dalam waktu 5 menit, oke? Hehe...

Dari sekian jawaban yang saya terima, ada yang menjawab Rp500 juta, Rp5 Milyar, paling tinggi Rp250 trilyun. Anda mungkin tertawa mendengarnya tetapi saya jauh lebih menghargai jawaban mereka daripada jawaban, 'tidak terhingga' atau 'banyak'. Menurut saya, mereka menulis itu sudah memikirkan dengan baik apa yang mereka tulis beserta argumentasinya.


Mahal, itulah intinya. Kita diberikan hidup yang sangat luar biasa oleh Allah swt, berupa kenikmatan yang tiada taranya. Bahkan setiap harinya. Sekarang, berapakah jawaban Anda? Berapa harga hidup Anda dalam satu hari? Coba cocokkan dengan perhitungan saya berikut ini. Saya sengaja membuatnya agar kita selalu teringat bahwa satu hari hidup kita itu sangat mahal harganya, dan dari situ kita dapat membangun semangat untuk memanfaatkan hidup dengan lebih baik lagi. Semoga bermanfaat!
  1. Nikmat Bernapas
    Dalam sehari, kita diberikan kesempatan untuk menghirup udara selama 24 jam! Selama ini mungkin kita bisa bilang bahwa kita menghirupnya dengan gratis, tetapi untuk apa ada tabung-tabung oksigen di rumah sakit atau apotek?
    Harganya, berkisar Rp 25.000/liter. Berapa oksigen yang dihirup manusia dalam sehari? Rata-rata manusia normal menghirup oksigen sehari 2.880 liter. Maka cukup dari sini saja kita sudah harus membayar sebesar Rp72.000.000 hanya untuk menghirup oksigen!

    Belum cukup, kak! Karena udara itu sebenarnya ada unsur gas yang lain. Seperti nitrogen, hidrogen, dan gas-gas yang lainnya. Jadi bagaimana kalau kita genapkan saja menjadi Rp100.000.000 dalam sehari untuk nikmatnya kita bernapas?
  2. Nikmat Aliran Darah
    Ketika bangun tidur, cobaah rasakan dan raba detak jantung Anda. Tersenyumlah dan berterima kasihlah pada saat itu fungsi jantung Anda masih memompa darah yang ada dengan normal. Puji syukur kepada Allah, kita tidak perlu membayar sepeserpun untuk membayar darah yang dipompa jantung kita.

    Pernahkah Anda menghitung berapa harga sekantong transfusi darah dengan volume 250 cc? Jika belum, di rumah sakit pada umumnya sekantong darah itu dihargai Rp450.000. Padahal dalam aktivitas sehari-hari, ada 70 cc darah dari dari tiap kg berat badan kita yang bekerja. Jadi jika misalkan berat badan kita 70 kg, ada 70 x 70 = 4900 cc yang mengalir. Itu berati untuk nikmat aliran darah dalam tubuh kita ada  Rp 2,2 Milyar!
  3. Nikmatnya Penglihatan
    Ada suatu artikel yang mengatakan bahwa harga dari suatu kornea mata berkisar Rp20.000.000. Hal ini dikarenakan antara permintaan dengan si pendonor itu amat sangat tidak seimbang. Pendonornya sangat sedikit sekali. Pertanyaan saya, maukan Anda menukar kornea mata Anda dengan uang sebesar Rp20.000.000

    Saya yakin Anda tidak mau. Begitu pun dengan saya, karena Anda jadi tidak bisa melihat. Syukurilah nikmat penglihatan Anda saat ini juga, bahkan masih sempat membaca artikel saya. Hehe.. :)
  4. Nikmatnya Waktu
    Kenikmatan yang saat ini masih menjadi misteri buat saya adalah: waktu. Saya tidak tahu dan mungkin tiada seorang pun yang tahu kapan waktu yang saya miliki ini akan berhenti. Untuk itu, saya tidak main-main dengan waktu yang ada, terlebih Allah sudah menitipkan segala nikmatnya kepada kita yang harganya berjuta-juta ini, sementara kita mendapatkan semuanya dengan GRATIS!

    Maka dari itu, saya sepakat dengan mereka yang berkata bahwa 'waktu adalah uang.' Hargailah waktu Anda. Jika saya bertanya, berapakah waktu Anda per jamnya? Maka berapa Anda berani menjawab. Di sini bukan berarti saya selalu merepresentasikan dengan materi, tetapi di situlah letak bagaimana Anda menghargai waktu Anda. Mengenai waktu ini, saya sendiri selalu mengacu pada QS. Al-Ashr: 1-3 dalam Quran. Sesungguhnya semua manusia itu berada dalam kerugian, kecuali bagi mereka yang beriman, beramal shaleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Pernahkah Anda berpikir, sudah sejauh apa diri kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian? Warisan apa yang akan kita tinggalkan di dunia ini? Akan jadi apa kita nanti setelah mati?
Bayangkan Allah memberikan keempat potensi itu secara GRATIS!! Bahkan mungkin kalkulasi ini masih sangat sedikit dan JAUH sekali dari kenyataan. Dalam arti harusnya lebih banyak lagi aspek yang dihitung, mulai dari organ tubuh dan rezeki, tidak hanya dari nikmatnya kita menghirup udara dengan gratis, aliran darah dan jantung yang sehat, dapat melihat sehingga bisa berkarya, dan juga WAKTU yang sangat berharga bahkan kita sendiri sulit menghargainya. Maka ketika kita bangun tidur, cobalah untuk selalu tersenyum dan bersyukur. Alhamdulillah hari ini saya masih diberikan kesempatan hidup. Untuk itu saya harus bisa meningkatkan ibadah, kompetensi diri, dan juga karya-karya agar bisa menjalankan ratusan, bahkan miliaran juta rupiah yang telah Allah titipkan kepada saya setiap harinya.

Salam sukses! Semoga bermanfaat dan ditunggu komentarnya. :)


Arry Rahmawan, adalah presiden direktur Penerbit Andalusia Media Cendekia, wakil ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia, sekaligus praktisi pengembangan SDM. Telah mengantongi ribuan jam terbang sebagai pembicara dan saat ini menjadi trainer plus motivator untuk pelajar dan mahasiswa di PT. Sinergi Fitrah 2201. Pendiri de' Rahmawan Group dan Rahmawan Foundation yang bergerak dalam pengembangan pendidikan generasi muda ini dapat dihubungi melalui email ke arry.rahmawan@gmail.com atau follow twitternya di @arry2201 




Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya