4 Januari 2012 | By: Arry Rahmawan

Studentpreneur: Earning while Learning

Menarik sekali melihat coretan-coretan yang saya tulis, menampung pertanyaan peserta-peserta seminar yang saya bawakan. Dibuka-buka kembali, ternyata ada yang menarik untuk dibagi. Mudah-mudahan bermanfaat. :D

"Kak Arry, saya Desi (samaran) mau nanya kak. Saya kan ga mau kalau misalnya sekolah saya berantakan gara-gara harus mulai bisnis. Jangankan saya, bahkan  ada beberapa teman saya yang melorot prestasinya karena harus memulai bisnis. Memang sih akhirnya ada hasilnya, tetapi kan tetep saja buat saya jelek jadinya. Bagaimana ya kak menyiasatinya?"

Pertanyaan Desi sebenarnya merupakan pertanyaan mendasar ketika seseorang ingin memulai bisnis. Kalau ini... Kalau itu... Yah, akhirnya tidak jadi deh membuka usaha karena banyaknya kalau ini dan itu tadi. Tetapi, benar! Saya setuju dengan apa yang disampaikan Desi, bahwa belajar itu juga penting! Apalagi dengan prestasi-prestasi akademik, itu sangat penting sekali. Tetapi sebenarnya, antara bisnis dengan sekolah itu tidak bertentangan satu sama lain, lho! Iya. beneran! Saya sendiri sudah membuktikannya. Apa yang saya simpulkan dari pertanyaan Desi adalah, bagaimana kiat praktis menjadi seorang studentpreneur?


Salah satu cara yang saya gunakan untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan mengubah cara memandang uang. Ya, hanya mengubah cara pandang saja. Perhatikan perbandingan cara pandang lama dan baru terhadap uang berikut ini. Bayangkan, hampir 100% orang di dunia ini ingin menjadi kaya, tetapi mengapa tetap yang pas-pasan selalu lebih banyak daripada orang kaya itu sendiri? Karena (salah satunya) yang memiliki cara pandang orang kaya  masih sedikit sekali. Nah, ini ada sebuah perbandingan pola pikir lama (pola pikir orang umum) dan pola pikir baru (yang harus dimiliki studentpreneur):

Mindset lama: Belajarlah dengan tekun, kelak kamu akan bekerja di perusahaan yang bagus dengan gaji yang oke punya.
Mindset baru: Belajarlah dengan baik, kelak dengan belajar itu kamu bisa membuat perusahaan besar dan membeli perusahaan yang kamu mau.

Mindset lama: Hemat pangkal kaya. Mau kaya? Uangnya ditabung, sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Mindset baru: Tidak cukup ditabung, uang harus diinvestasikan, Biarkan uang yang bekerja untuk kita, bahkan ketika kita sedang tidur.

Mindset lama: Banyak uang itu jahat dan beresiko, tidak baik, bikin diri jadi sombong. Uang itu berbahaya. Jangan pernah sekali-kali menumpuk kekayaan
Mindset baru: Uang itu baik, uang itu teman. Dengan uang, kamu bisa mengeluarkan orang dari kebodohan, mencukupi orang dari kemiskinan, dan menebarkan sejuta manfaat yang tidak bisa dilakukan orang tidak berduit.

Mindset lama: Jadilah orang yang pintar di sekolah, kelak kamu akan mudah mendapatkan pekerjaan yang kamu mau
Mindset baru: Jadilah orang yang kreatif di sekolah, kelak dari tanganmulah banyak orang yang menganggur bisa bekerja dan kamu bisa menciptakan sendiri pekerjaan yang kamu mau

Mindset lama: Tidak usah mengambil resiko jika sudah berurusan dengan uang. Simpan baik-baik, dan nikmati hasilnya di kemudian hari.
Mindset baru: Bagian hidup mana di dunia yang tidak ada resiko? Yang penting adalah keberanian kita dalam mengatur dan menghadapi resiko itu bukan? Sama dengan uang, maka kembangkanlah uangmu dengan melakukan perencanaan yang matang terlebih dahulu

Mindset lama: Saya bekerja untuk mencari uang
Mindset baru: Uang bekerja untuk memperkaya diri saya

Mindset lama: Pengeluaran duit semakin hari semakin banyak aja, bulan depan pengeluaran harus ditekan!
Mindset baru: Pengeluaran duit semakin hari semakin banyak aja, bulan depan pendapatan harus lebih banyak dari pengeluaran!

Bayangkan reaksi peserta seminar saya saat saya tampilkan perbandingan cara memandang uang itu. Ada yang senyum-senyum, ada yang manggut-manggut, ada juga yang sepertinya tidak percaya. Tetapi karena cara pandang itulah saya bisa memiliki 3 unit bisnis yang saat ini masih berkembang (Alhamdulillah) di saat saya masih sekolah dan kuliah. Intinya ketika berbisnis adalah kreativitas kita menciptakan sistem yang bisa bekerja otomatis.

Sebenarnya ini adalah nasihat ayah saya, mengenai bagaimana saya harus memandang uang. Karena seharusnya, cara memandang uang kita saat ini harus berbeda dengan dulu. Dulu, semua sumber daya masih terbatas, orang yang bisa membuka usaha itu sangat sedikit. Tetapi lihat sekarang, orang yang kemarin tidak dikenal sama sekali, besok hari bisa jadi dikenal masyarakat dunia. Ya, kita sudah memasuki era globalisasi, di mana semua kemudahan sudah ada dan siap digunakan. Tinggal kitanya aja yang siap atau tidak menggunakannya.

Apakah ada komentar dari rekan-rekan pembaca? Silakan sampaikan di comment box yaa... :D

So, are you ready to be a studentpreneur?

NB: Artikel ini merupakan intisari dari seminar 'Be a Great Studentpreneur' yang saya bawakan di sebuah SMA swasta di Jakarta beberapa waktu lalu.


Salam Pendekar Pena,
Arry Rahmawan
Penulis

Owner Andalusia Media Cendekia
arry.rahmawan@gmail.com