5 April 2012 | By: Arry Rahmawan

Kisah Sebuah Batu yang Menghalangi Jalan

Dalam suatu kegiatan mentoring kepemimpinan, mentor saya pernah menceritakan sebuah kisah. Jadi pada zaman dahulu ada seorang raja yang sengaja ingin mengetahui tingkat kepedulian rakyatnya. Pada waktu itu sang Raja berinisiatif untuk menghalangi jalan raya yang sering dilewati orang dengan sebuah batu yang cukup besar.

Setelah batu itu diletakkan, sang Raja pun kemudian bersembunyi di tempat yang aman. Saat bersembunyi itu, Raja berharap akan ada banyak dari mereka yang segera menyingkirkan batu itu sebagai bentuk kepeduliannya. Namun apa yang kemudian terjadi?


Pertama, yang datang adalah para bangsawan dan pedagang-pedagang kaya yang menjadi rekanan dan teman dekat dari raja. Saat lewat, si pedagang hanya memandangi batu itu tanpa berbuat apapun dan terus lewat saja. Satu, dua, tiga orang, dan begitu pun seterusnya.

Lelah menunggu berjam-jam, sang Raja pun akhirnya berinisiatif untuk memindahkan batu tersebut sendiri. Sampai akhirnya ada seorang petani sayur yang berpenampilan sangat sederhana. Saat itu sang petani sedang membawa pikulan hasil bertaninya. Ketika melewati jalan itu, ditaruh sebentar pikulannya, dia singkirkan batunya, baru kemudian dia berjalan lagi. Tidak selang beberapa lama, keluarlah sang raja sambil kemudian memberikan hadiah berupa sekantung keping emas.

Sahabat, banyak sekali dari diri kita, tanpa kita sadari mungkin berlaku yang sama seperti bangsawan. Saat ada beberapa masalah atau hal-hal yang membutuhkan bantuan kita, seringkali kita tidak menanggapinya. Mungkin, kata yang paling pas digunakan adalah egois. Bagaimana kemudian kita mementingkan diri kita sendiri.

Kedua, bahwa setiap kebaikan yang kita kerjakan - sekecil apapu - akan membawa dampak dan energi positif dalam kehidupan kita. Ingat dengan hukum kekekalan energi? Bahwa sebenarnya energi positif atau kebaikan-kebaikan yang kita berikan tidak musnah begitu saja. Akan tetapi berubah dari satu bentuk ke bentuk lain yang bahkan justru akan kita terima kembali dalam bentuk energi positif yang jauh lebih besar.

Jadi, apakah benar setiap orang itu egois? Mudah-mudahan kita dapat memulainya dari diri kita untuk lebih peduli dan menebar manfaat bagi banyak orang.

Semoga bermanfaat, salam CerdasMulia!


Arry Rahmawan, adalah Inspirator CerdasMulia,  Direktur Penerbit Granada, wakil ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia, sekaligus praktisi pengembangan SDM. Telah mengantongi ribuan jam terbang sebagai pembicara, motivator, dan konsultan khususnya untuk pelajar dan mahasiswa. Direktur Pengembangan Bisnis Permata CerdasMulia Indonesia ini dapat dihubungi via email di arry.rahmawan@gmail.com atau follow twitternya di @ArryRahmawan

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya