19 April 2012 | By: Arry Rahmawan

Tweetmu, Citramu, Karaktermu

Catatan Kepala: Berhati-hatilah dalam menggunakan Twitter atau social media lainnya. Terlepas kita mau menganggapnya apa, tetapi banyak orang yang menilai karakter seseorang hanya dari apa yang ia sebar di social medianya.

Mungkin kesannya kekanak-kanakan jika kita bicara masa iya seseorang menilai karakter orang hanya dari tweetnya. Saat ini kita mengenal banyak sekali revolusi sosial media, mulai dari Facebook, Twitter, LinkedIn, Foursquare, dan banyak lagi media sosial lainnya. Namun ada hal yang tidak disadari para pengguna sosial media, yaitu akumulasi dari apa yang mereka tuliskan pada social media mereka dapat menjadi cara yang paling ampuh dan mudah untuk mengetahui citra diri dan karakter seseorang.



Jadi, buat mereka yang menganggap bahwa social media hanya sebagai media pelampiasan dan hanya untuk bermain-main, coba pikirkan kembali deh. Kekuatan social media tidak hanya sekecil itu. Banyak sekali kejadian-kejadian seseorang direkomendasikan untuk mengerjakan sesuatu hanya karena dia rajin nge post hasil kerjanya di social media. Ada juga orang yang ditolak mendapatkan kerja atau beasiswa hanya karena ada kata-kata yang 'kurang baik' di timelinenya.

Salah satu social media yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Twitter. Nah, siapa sih yang ga tahu Twitter? Padahal kita hanya bisa mengirimkan 140 karakter (huruf), tetapi rasanya asyik sekali bisa gaul dan cuap-cuap di Twitter ya, hehe.. :)

Saya pernah membandingkan apa yang di tweet oleh mereka yang sukses dengan mereka yang hidupnya biasa-biasa saja. Ternyata, isi tweet mereka bisa jadi jauh sangat berbeda satu sama lainnya. Kita bisa melihat, rata-rata orang menggunakan Twitternya untuk: curhat colongan, berkeluh kesah, dan hanya sekedar mengabarkan apa yang sedang dia lakukan.

Apa yang saya temukan kemudian di tweet orang-orang yang luar biasa sedikit berbeda. Benar, mereka juga kadang curhat colongan, berkeluh kesah, dan juga tidak jarang nge-tweet hanya sekedar untuk mengabarkan apa yang mereka lakukan. Tetapi proporsi hal tersebut jauh lebih sedikit dari tweet-tweet bermanfaat yang mereka berikan. Ketika mereka nge-tweet, yang mereka sebar adalah hal-hal bermanfaat, membangun semangat, membangun wawasan, dan juga membangun rasa penasaran. Akibatnya, tidak jarang berawal dari sebuah akun twitter, banyak orang kemudian akan menangkap persepsi dari tweet-tweet apa yang mereka sebarkan.

Saya pernah diceritakan oleh seorang kepala HRD dalam merekrut pegawai. Tidak lupa dia bertanya tentang aktivitas para pelamar di dunia maya, termasuk Twitternya. Saat dicek, ada beberapa pelamar yang ternyata isi di tweetnya 'kurang bagus' untuk dicerna, dan hal tersebut mempengaruhi pertimbangan si kepada HRD untuk menerima si pelamar. Unik bukan?

Jadi, sahabat. Bijak-bijaklah dalam menggunakan Twitter dan menyebarkan tweet mu. Kalau kata seorang mentor saya, 'Jika kita tidak bisa memberikan kata-kata bermanfaat kepada orang lain, minimal kita tidak menambah kata-kata yang buruk.' Maka saya pun akan sangat selektif dalam menyampaikan apa yang saya tweet, yah ibaratnya menjadi badan sensor untuk tweet kita sendiri. Hehe..

So, once again, Tweetmu adalah citramu, dari citramu seseorang akan bisa menilai karaktermu. Gampangnya sih, pikirkan buat jangka panjangnya. Ternyata social media bukanlah hanya sekedar social media. Socmed, lebih dari itu.

Semoga bermanfaat ya, ada sahabat yang ingin memberikan pendapat? Silakan sampaikan di kotak komentar.

Salam CerdasMulia! :)

Arry Rahmawan, adalah Inspirator CerdasMulia,  Direktur Penerbit Granada, wakil ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia, sekaligus praktisi pengembangan SDM. Telah mengantongi ribuan jam terbang sebagai pembicara, motivator, dan konsultan khususnya untuk pelajar dan mahasiswa. Direktur Pengembangan Bisnis Permata CerdasMulia Indonesia ini dapat dihubungi via email di arry.rahmawan@gmail.com atau follow twitternya di @ArryRahmawan

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya