25 Maret 2012 | By: Arry Rahmawan

Prinsip ATM dan Inovasi dalam Bisnis

Bagi kebanyakan orang, prinsip ATM pasti sudah sangat terkenal dan dipahami dengan jelas. Prinsip ini seolah-olah merupakan sebuah jurus yang ampuh dalam pengembangan bisnis. Apa yang dimaksud ATM ini? Jelas, hanya terdiri dari 3 kata: Amati, Tiru, dan Modifikasi. Pertanyaannya kemudian, apakah prinsip ATM ini adalah sebuah bentuk kreativitas dalam bisnis? Apakah justru ATM ini hanya sebuah cara copy paste dari sistem yang telah ada? Bagaimanakah bedanya dengan inovasi dalam bisnis? Bagaimanakah menerapkan prinsip ATM dengan maksimal? Untuk mengetahuinya, silakan baca lebih lanjut. ^_^b


1. Prinsip ATM adalah Sebuah Proses Sederhana
Amati, Tiru, kemudian Modifikasi. Mengamati adalah berarti kita harus benar-benar 'mencari' dan 'mengetahui' mana model yang akan kita adopsi. Berarti, di satu sisi kita harus senantiasa menjadi orang yang up to date terhadap perkembangan zaman. Tiru, berarti mulai memilih untuk mengambil model yang akan dipakai. Proses meniru ini, memutuskan untuk membuang hal yang kurang dan mempertahankan hal-hal yang baik. Selanjutnya, memodifikasi berarti mengubah model yang ada dengan menambahkan hal-hal yang baru di dalamnya.

2. Prinsip ATM adalah IMOVASI
Jadi, apakah ATM itu adalah sebuah inovasi atau imitasi? Keduanya! Prinsip ATM itu adalah IMOVASI, yaitu proses Imitasi dan Inovasi. Untuk menjadi seorang pengguna prinsip ATM ini, mereka dituntut tidak hanya mengadopsi saja, tetapi harus mampu terus menerus berinovasi. Tetapi justru aspek paling pentingnya adalah terus berinovasi terhadap hal yang diimitasi tersebut. Dalam bisnis di era global saat ini, imitasi adalah hal yang sudah sangat lumrah. Lihat saja berbagai macam handphone buatan Cina yang banyak sekali melakukan imitasi terhadap blackberry misalnya. Tetapi yang terpenting bukan itu saja, bagaimana menciptakan sebuah inovasi di dalamnya.

3.  Mengurangi Biaya, Meningkatkan Keuntungan
Tidak perlu malu menggunakan prinsip ATM dalam kebijakan bisnis, karena sudah banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa mereka yang menggunakan prinsip ATM justru malah mengungguli bisnis yang ditirunya. Pertama, prinsip ATM mampu mem bypass biaya investasi dan riset atas sebuah penemuan. Desain roda yang baik, sudah ditemukan. Jika kita ingin membuat roda yang baik, kita tidak perlu memulainya dari awal. Cukup mengadopsi desain yang ada kemudian melakukan inovasi versi kita yang dapat jauh menghemat waktu dan biaya. Di sisi lain, siap-siap juga jika modifikasi itu sukses, justru kita juga akan ditiru.

4. Kaizen, Prinsip Peningkatan Berkelanjutan
Tentu saja prinsip ATM harus memperhatikan unsur-unsur etis. Seperti tidak melakukan klaim atas sebuah penemuan yang ditemukan oleh orang lain. Inti dari prinsip ATM adalah Kaizen, yaitu bagaimana terus menerus melakukan peningkatan, mempertahankan yang baik dan membuang bagian yang buruknya. Prinsip ATM justru dapat memicu inovasi-inovasi baru yang belum ditemukan sebelumnya. Jadi, tidak perlu malu menggunakan prinsip ATM.

5. Sumber Daya Terbaik ada Pada Diri Anda
Ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang wirausaha, maka sadarilah bahwa sumber daya modal terbaik adalah diri kita sendiri. Selain uang, network, pengetahuan, dan keterampilan itu penting, tetapi yang penting adalah kreativitas yang ada pada diri kita. Maka prinsip ATM yang sukses adalah bagi mereka yang kreatif memanfaatkan dan menggunakannya, sementara prinsip ATM yang gagal hanyalah bagi para penjiplak dan plagiator yang hanya bisa melakukan imitasi tanpa inovasi besar di dalamnya.

Semoga bermanfaat coaching bisnis kali ini, salam CerdasMulia! :D


Arry Rahmawan, adalah Inspirator CerdasMulia,  Direktur Penerbit Granada, wakil ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia, sekaligus praktisi pengembangan SDM. Telah mengantongi ribuan jam terbang sebagai pembicara, motivator, dan konsultan khususnya untuk pelajar dan mahasiswa. Direktur Pengembangan Bisnis Permata CerdasMulia Indonesia ini dapat dihubungi via email di arry.rahmawan@gmail.com atau follow twitternya di @ArryRahmawan

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan Blog Kak Arry sebagai sumbernya